Tantangan Umat Kedepan ialah Membumikan Kitab Suci Masing-Masing

Profesor KH Nasaruddin Umar. Foto pojoksatu.id


Jakarta, GEMILANG TOTAL - Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Profesor KH Nasaruddin Umar mengatakan, tantangan umat beragama kedepan ialah membumikan kitab suci masing-masing. Al-Qur’an misalnya, ia membumi untuk melangitkan manusia.

 

Demikian hal itu disampaikannya dalam acara Halal Bihalal Digital Lintas Iman yang diselenggarakan Institute of Social Economic Digital (ISED) dan Nasaruddin Umar Office (NUO), pada Selasa (18/5) sore.

 

“Percuma kita berbicara pembumian kitab suci, jika kita tidak mampu melangitkan manusia,” kata Wakil Menteri Agama Republik Indonesia 2011-2014 itu.

 

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengatakan, manusia adalah makhluk langit yang diciptakan di atas surga, lalu jatuh ke bumi. Dan, kitab suci berfungsi sebagai undangan atau tiket untuk pulang kampung ke kampung halaman rohani.

 

Ia mengutip ayat Al-Qur’an yang sangat indah, yang membuatnya merenung, terkesan. Innamal mu'minuuna ihwat, ‘sesungguhnya orang-orang mukmin  adalah bersaudara’.

 

“Al-Qur'an itu pintar sekali mencari istilah, memang Allah  Maha Pintar. Jika kita menghayati istilah ini, dahsyat,” ujarnya.

 

Mukmin itu berasal dari akar kata aman, demikian Founder NUO itu melanjutkan, orang yang merasa aman itu disebut mukmin. Jadi, Al-Qur’an mengatakan, sesungguhnya orang-orang yang mempunyai keimanan itu bersaudara.

 

“Kita yang hadir di sini, meskipun agama kita berbeda, tapi masing-masing kita mempunyai keimanan. Tidak ada di dalam Al-Qur'an ‘innamal muslimuna ihwat,’ yang ada malah justru ni,” tegasnya.

 

Yang dimaksud dengan ikhwa, ialah solidariti persaudaraan yang sangat dalam. Jadi, apapun keimanan yang ada dalam diri dan dada kita, kita tetap bersaudara.

 

Mestinya persaudaraan itu mengalahkan ikatan pemodelan yang ada selainnya. Karena itu, hal ini perlu disosialisasikan. Mukmin bukan hanya orang Islam, akan tetapi siapapun yang memiliki kepercayaan, maka bisa disebut secara bahasa ‘mukmin’.

 

‘Maka lakukanlah kebaikan antar satu sama yang lain, jangan melakukan kebalikannya,” ajak KH Nasaruddin.

 

Lalu pada ayat yang lain, wa laqad karramnaa banii aadam. Dan sungguh, kami telah memuliakan anak cucu Adam.

 

Di dalam ayat ini pula Allah mengatakan, siapapun yang merasa anak cucu Adam. Apapun agamanya, etnik, jenis kelamin, dan lainnya, wajib hukumnya untuk kita muliakan. Sebab itu perintah perintah Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an.

 

Melalui halal bihalal digital itu, KH Nasaruddin mengajak untuk menggalang masyarakat Indonesia tanpa membedakan agama, etnik, ras, dan lainnya. Ia juga mengimbau agar masyarakat pulang ke kampung halaman, menuju fitrah yang paling suci.

 

“Mari kita himpun dalam satu format budaya yang disebut dengan halal bihalal. Satu kali dalam setahun kita melakukan reunian seperti ini, kekuatannya dahsyat, pungkasnya.



--------------------------------------------------------------------------------


Note : Bagi saudara-saudari yang ingin tulisannya dipublikasikan pada "Gemilang Total", bisa dikirim ke redaksi di pecandusastra96@gmail.com . Dengan syarat warta; memenuhi komponen 5 w + 1 h. Untuk Opini, Essai, Puisi, Cerpen, dan lainnya syarat utama harus karya orisinil (bukan plagiat). 

No comments

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();
Powered by Blogger.