Sekjend PBNU : Tiga Tantangan Besar yang Sedang Dihadapi Masyarakat

Sekretaris Jendral (Sekjend) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini. Foto tangkapan layar



 Jakarta, GEMILANG TOTAL - Sekretaris Jendral (Sekjend) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengatakan, ada tiga tantangan besar yang saat ini tengah dihadapi masyarakat Indonesia. Yang mana jika kita kita berhasil melampaui tantangan tersebut akan menjadi sebuah keberkahan.


"Orang-orang cerdas, mereka bisa membuat suatu transformasi masalah yang dihadapi dengan menjadikannya maslahah," demikian kata H Helmy Faishal dalam forum Dialog Antar Umat Beragama di Gedung Sopo Marpikir HKBP, Jakarta Timur, Jum'at (28/5).

Adapun tantangan tersebut, yang pertama; kita sedang menghadapi kerasnya paham-paham radikal dan terorisme. Bahkan, di sebagian kalangan mereka memaknai Jihad itu dengan angkat senjata.

"Padahal bagi kami, Jihad yang utama adalah ketika seorang becak berjuang menafkahi anak istrinya, bekerja dari mulai pagi hingga sore, itulah Jihad sesungguhnya," kata dia.

Ketika seorang guru mengajar untuk anak didiknya di sekolah, ketika para supir, petani, buruh pabrik, berjuang menafkahi anak istri. Itulah yang disebut dengan sejatinya manusia atau orang-orang berjihad.

Menurut data survei yang dilakukan Populi Center, empat persen penduduk Indonesia terpapar radikalisme. Ketika mereka ditanya setuju atau tidak dengan negara agama, mereka menyatakan setuju.

"Hal ini  berarti menjadi PR kita untuk memberikan pencerahan dan edukasi kepada mereka, ini harus terus-menerus dilakukan dengan berbagai macam upaya kreatif," tegas Sekjend.

Oleh sebab itu, lanjutnya, NU senantiasa terdepan untuk mengembangkan dakwah Islam yang ramah bukan yang marah. Selalu menjadi pionir untuk mengajarkan Islam yang merangkul, bukan memukul.

Tantangan kedua, di mana kita sedang menghadapi Covid-19. Lebih dari 250 negara mengalami kesulitan yang luar biasa, banyak yang lockdown, juga banyak pekerja yang kena PHK, dan warung serta toko ditutup.

Sekjend kelahiran Cirebon, Jawa Barat, pada 1 Agustus 1972 itu mengatakan, era Covid merupakan di mana Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa ternyata sehebat dan sepintar apapun kita, ketika diberikan suatu musibah yang tidak terlihat oleh mata kita, kepandaian dan kekayaan serta kekuasaan kita tidaklah ada artinya.

"Hal ini menunjukkan bahwa kita ini sebetulnya hina dan kecil sekali di mata Sang Pencipta, maka apa hikmah yang bisa kita ambil dengan pelajaran Covid ini? Bahwa kalau kita masih diberikan rejeki yang begitu melimpah saatnya kita untuk lebih banyak berbuat kepada saudara-saudara kita," ujarnya.

Lebih lanjut ia menegaskan, tugas agama ialah salah satunya membebaskan umatnya dari kelaparan dan kemiskinan. Maka Covid ini adalah momentum kita untuk bersatu bahu-membahu melakukan yang terbaik bagi masyarakat di mana pun berada.

Lalu yang ketiga, memasuki era revolusi 4.0 yang serba digital. Hal ini menurut Sekjend PBNU adalah sesuatu yang bersifat memaksa. Mau atau tidak, kita harus mengambil bagian penting dalam transformasi era digital ini.

"Sekarang sedang terjadi perubahan zaman yang luar biasa, dari apa yang disebut sebagai fase di mana kita serba flexible space, sedang berpindah menuju ruang baru yang disebut dengan cyberspace," tutur Sekjend.

Ia menegaskan, di era yang serba baru ini juga kita tergagap-gagap. Dari perekonomian yang konvensional bergerak menuju ekonomi digital, pendidikan jarak jauh, bahkan di bidang keagamaan pun kita sudah mengenal dakwah virtual.

"Saya teringat seorang ahli perang pernah berkata, kalau anda siap berdamai maka harus siap berperang. Artinya kalau paham-paham transnasional soal ajakan untuk radikal, teror, menebar kebencian, begitu deras melalui sosial media. Maka kita tidak boleh berpangku tangan," tegasnya.

Menurutnya, NU dan HKBP bisa bekerja sama untuk membangun literasi media sosial bagi masyarakat, baik bagi para jemaat maupun bagi para santri. Untuk menghadirkan narasi dakwah yang menyejukkan, damai, rukun, bagi kita semua.

Kontributor : Disisi Saidi Fatah


BACA JUGA :

--------------------------------------------------------------------------------


Note : Bagi saudara-saudari yang ingin tulisannya dipublikasikan pada "Gemilang Total", bisa dikirim ke redaksi di pecandusastra96@gmail.com . Dengan syarat warta; memenuhi komponen 5 w + 1 h. Untuk Opini, Essai, Puisi, Cerpen, dan lainnya syarat utama harus karya orisinil (bukan plagiat). 

No comments

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();
Powered by Blogger.