Resep Keberhasilan Indonesia Menjaga Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama
H Ahmad Helmy Faishal (Tangkapan layar) |
Jakarta, Gemilang Total - Sekretaris Jendral (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengatakan, setiap minggu di kantor PBNU sering datang tamu-tamu dari seluruh agama, bahkan diplomat dari berbagai macam negara.
Kedatangan mereka guna bertemu para Kiai dan Ulama NU, bertanya resep sebab Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, secara berhasil mengembangkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
"Kalau dulu kita melihat di Yaman, Irak, dan berbagai macam negara, terutama Arab sering terjadi konflik. Mereka tidak bisa membangun kerukunan. Tetapi di Indonesia, negara dengan 17.000 lebih pulau, lebih dari 100 bahasa daerah, dan suku yang lebih dari seratus, berhasil mengembang toleransi," katanya dalam Forum Dialog Antar Umat Beragama di Gedung Sopo Marpikir HKBP, Jakarta Timur, Jum'at (28/5).
Jika kita ke Candi Borobudur, ujar H Helmy Faishal melanjutkan, tample in the world di Magelang, indahnya begitu luar biasa. Yang datang ke tempat peribadatan umat Budha di sana itu bukannya orang Budha tapi juga kita semuanya hadir di sana.
"Makanya, ketika saya ditanya orang bule, apa salah satu kehebatan Indonesia? Saya tidak berbicara primordial ataupun sektarian; ada Masjid Istiqlal, ada pesantren yang bagus, tapi saya katakan Indonesia punya Candi Borobudur. Ini menunjukkan toleransi kita yang luar biasa," tuturnya.
Maka, ketika banyak tamu yang datang ke PBNU, lanjut H Helmy, mereka bertanya resepnya apa? Maka dijawab lah para Ulama dan Kiai kita, bahwa NU mengembangkan dengan tri ukhuwah atau tiga persaudaraan.
"Yang pertama ialah ukhuwah Islamiyyah, di mana agamanya sama namun mashabnya berbeda, ada yang shalat tarawih dengan 23 rakaat dan ada pula yang 11 rakaat. Ada pula shalat subuh nya memakai doa qunut, ada pula yang tidak. Jadi mashabnya beda, agamanya sama, ada ukhuwah Islamiyyah," ujarnya.
Lalu, jika mashab dan agamanya berbeda, maka masih ada tali persaudaraan yang disebut ukhuwah kedua yaitu wathaniyah atau persaudaraan kebangsaan. Namun, jika sudah bangsanya sama, tapi negaranya berbeda, berlaku lah apa yang ketiga, yaitu sebagai ukhuwah Insyaniyah atau persaudaraan kemanusiaan.
Sekjen PBNU tersebut mengambil contoh, jika seorang anak telah diajarkan makna persaudaraan, di pasar misalnya; ada ibu-ibu tertabrak motor, si anak tidak bertanya terlebih dahulu. "Bu, ibu agamanya apa, Islam atau Kristen? NU atau Muhammadiyah? PKB atau PPP? Pilpres kemarin milih siapa?"
"Jika dalam persaudaraan hanya didasarkan atas adanya kesamaan asal-usul, maka tidak akan pernah lahir yang disebut dengan persaudaraan. Kan kasihan si ibu-ibu tadi jadi tidak tertolong," tutur Sekjen.
Ia berharap, apa yang dilakukan Pengurus Gereja HKBP dengan PBNU sebagaimana Dialog Antar Umat Beragama tersebut, insyaallah melakukan tiga hal; bersedekah, berlaku baik, dan membangun peradaban masyarakat yang damai.
Kerjasama NU dan HKBP juga harus dibuktikan dengan di mana tempat yang ada gereja maka disitu pula ada kemakmuran. Di mana daerah ada masjid, maka di situ pula ada kesejahteraan.
"Jangan sampai masjid dan gerejanya marak, akan tetapi masyarakat banyak yang miskin dan kesusahan. Pada hakikatnya agama itu harus membebaskan umatnya dari dua keterjajahan, yang pertama membebaskan umatnya dari kelaparan dan kemiskinan. Lalu yang kedua ialah dari ketakutan dan kecemasan," tegasnya.
Sekjen PBNU itu mengutip perkataan Sayyidina Aly, "Mereka yang bukan saudaramu dalam satu iman, adalah saudara dalam kemanusiaan".
"Maka pada hakikatnya kita ini merupakan saudara," demikian H Helmy Faishal.
Kontributor : Disisi Saidi Fatah
BACA JUGA :
- Menjaga EksistensiPergerakan Melalui Budaya Literasi
- Sekjend PBNU : Tiga Tantangan Besar yang Sedang Dihadapi Masyarakat
--------------------------------------------------------------------------------
Note : Bagi saudara-saudari yang ingin tulisannya dipublikasikan pada "Gemilang Total", bisa dikirim ke redaksi di pecandusastra96@gmail.com . Dengan syarat warta; memenuhi komponen 5 w + 1 h. Untuk Opini, Essai, Puisi, Cerpen, dan lainnya syarat utama harus karya orisinil (bukan plagiat).
Leave a Comment