PMII Harus Menjadi Organisasi Pertama Yang Digandrungi Mahasiswa
Muhammad Abdullah Syukri Ketua Umum PB PMII saat Diskusi Virtual Milenial Talk bersama Berita Baru, Sabtu (3/4). Foto/Tangkapan Layar/Istimewa |
Jakarta - Seiring berkembangnya jaman, semakin banyak sekali mahasiswa yang sulit diajak berdiskusi dan berdialektika sebagaimana seharusnya. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Muhammad Abdullah Syukri, ada kecendrungan pragmatisme dan hedonisme dari anak muda saat ini. Hal tersebut harus mampu dijawab oleh PMII agar bisa menjadi organisasi pertama yang digandrungi mahasiswa di kampus.
"PMII dengan sejarah yang panjang, visi yang besar, serta nilai yang kita pegang, tentu akan naif jika malah semakin tidak lagi digandrungi oleh anak-anak muda," katanya dalam Diskusi Virtual Milenial Talk 'Meluruskan Distorsi Informasi' bersama Berita Baru pada Sabtu (3/4).
Menurut Abe, demikian sapaan akrabnya, dengan membuat wajah organisasi yang lebih keren dan milenial tanpa menghilangkan substansi dan nilai yang telah diwariskan para pendahulu. Anak-anak muda, selain menjadi aktif dan kritis melalui kaderisasi, mereka juga masih tetap bisa memunculkan eksistensi sebagai orang yang selalu ingin tampil dan selalu kreatif serta inovatif dalam setiap kegiatan dan aktivitasnya.
Oleh sebab itu, sebagaimana visinya 'PMII Keren, Maju, dan Mendunia' tidak hanya sebagai kata yang sederhana, namun mengembalikan organisasi yang digandrungi oleh anak muda.
"Visi maju ini juga menjadi hal yang penting. Dengan harapan majunya organisasi, baik pemikiran, pengelolaan manajemen organisasi, kaderisasi, dakwah, dan sebagainya," tambahnya.
Dalam mengiringi kemajuan bangsa Indonesia sebagai bonus demografi, ia berharap PMII tidak ketinggalan gerbong. Mengingat PMII yang memiliki jutaan kader, dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa, hal itu baginya sangat disayangkan jika kemudian tidak dimaksimalkan dan tidak disebarkan pada berbagai sektor.
Sementara perihal mendunia, ia mengambil contoh Komite Hijaz yang berhasil melobi raja Arab Saudi, yang pada saat itu melakukan resolusi besar-besaran untuk tidak menghancurkan situs-situs Islam seperti makam Rasulullah.
"Dari situ kita bisa mengambil, pada jaman yang masih sulit baik komunikasi maupun transportasi, peran orang tua kita (NU) begitu besar. Dengan konteks media informasi dan transportasi yang sangat maju pada saat ini, sudah saatnya dunia internasional mengakui peran PMII tidak hanya di dalam lingkup nusantara, juga di lingkup dunia," tegas Alumni Universitas Duisberg Essen Jerman. (Disisi Fatah)
Leave a Comment