Ansor, Gatot Arifianto, Ilmu Pemulung, dan Ilmu Kepiting yang Belum Viral
Gatot Arifianto saat menghadiri acara Puncak HUT Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung ke-21 tahun 2016 (Foto/Istimewa) |
Oleh : Disisi Saidi Fatah
Momentum hari lahir (Harlah) Gerakan Pemuda Ansor ke-87 menjadi pengingat bagi kader Ansor Way Kanan terhadap sosok Gatot Arifianto.
Wakil Ketua Pimpinan Cabang Ansor Way Kanan, Filial Sa’adilah, menilai, Gatot Arifianto merupakan sosok teladan total yang menyadarkan akan totalnya bertanggung jawab, amanah, dan istiqomah.
Kepemimpinannya yang tampaknya sentralisme (tersentral pada satu orang), pada faktanya memang memiliki nilai mulai, yaitu memberikan teladan untuk kader lain dan amanah. Hal tersebut terbukti untuk saat ini. Karena masih banyak kader yang belum mampu berdiri sesuai dengan masing-masing tupoksi.
“Karena dulu kita begitu terlena dengan gemilang totalnya Ndan Gatot, sehingga banyak yang lupa atau belum siap pada masing-masing tupoksi kita saat ini,” tuturnya di Kampung Tegal Mukti, Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan, Minggu 25 April 2021.
Mobilitas tinggi juga sebagai bukti seorang Gatot Arifianto, Ketua PC GP Ansor Way Kanan periode 2014-2018 itu, yang begitu bertanggung jawab dalam segala hal. Di dalam organisasi maupun di luar organisasi itu sendiri. Gagasan pemikirannya yang maju ke depan atau visioner, menurut Filial adalah hikmah dari dari diri seorang penggerak Gusdurian.
Menurutnya, masih banyak yang belum tercapai dan menjadi hutang bagi kader penerus Gatot. Namun, penerus sang gemilang total tersebut tidak boleh berkecil hati dalam gerakan. “Karena mencetak kader adalah saham menuju surga, maka kita adalah bagian di dalamnya,” tambah Filial.
Berorganisasi Dengan Era 4.0
Dalam suatu kesempatan, Filial mengungkapkan, ada suatu gagasan terakhir Gatot yang sempat dibicarakan pada diskusi ringan di kediaman Asisten Informasi dan Komunikasi (Assinfokom) Satuan Koordinasi Nasional (Satkornas) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) itu sebelum wafat.
Sudah saatnya GP Ansor berorganisasi dengan era 4.0, yaitu menjemput peluang tanpa modal, mengelola dengan istiqomah dan tanpa modal, menghasilkan untuk organisasi dan pribadi, serta memberi manfaat bagi umat. Hal tersebut menurut Filial sangat penting diwujudkan, dengan cara menjalankan seluruh sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan tupoksi, porsi, dan koordinasi, serta konsistensi.
“Kader Ansor saat ini harus mampu bergerak dengan sadar akan potensi dan tupoksi dalam diri sendiri, serta melakukan dengan ikhlas dan tulus hati semata-mata hanya untuk organisasi, demi meraih ridha ilahi,” ungkapnya.
Meneruskan Ilmu Pemulung dan Ilmu Kepiting yang Belum Viral
Dalam beberapa kesempatan, Gatot Arifianto sering kali memberikan motivasi. Pesan-pesan yang disampaikan banyak mengandung makna. Diantaranya; ialah ilmu pemulung dan ilmu kepiting.
Pada kegiatan Pendidikan Kader Dasar (PKD) Ansor Way Kanan ke VII yang dilaksanakan di Pesantren Alfakhuss’adah asuhan KH Zainal Maarif di Kampung Tanjung Serupa, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, pada Kamis, 20 Desember 2018. Ia menegaskan, Indonesia tidak akan pernah punah jika masyarakatnya mau belajar pada pemulung, dan berani memilah yang baik.
“Dan selagi masih ada Nahdlatul Ulama (NU), Ansor, Banser. Insyaallah Indonesia tidak akan pernah punah,” ujarnya.
Kader Ansor boleh berguru pada pemulung. Mereka memilah mana yang bermanfaat, bisa digunakan atau tidak. Begitupun dalam hidup, harus bisa memilah, yang baik diambil dan yang tidak berguna, tinggalkan atau jauhi. Kedepankan selalu hal-hal positif.
Menurut Gatot, Ansor ialah pintu masuk rumah besar pemuda NU. Setelah masuk, berikan yang terbaik bagi kemanusiaan, kebangsaan, dan keislaman.
- Lihat artikel menarik lainnya : PMII Harus Menjadi Organisasi Pertama Yang Digandrungi Mahasiswa
Pada acara Diklat Terpadu Dasar (DTD) Banser PAC Ansor Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan pada 20 November 2018, Gatot juga pernah berpesan dihadapan 110 peserta diklat, untuk tidak menggunakan ilmu kepiting sehubung menghambat jalannya organisasi.
“Jika sahabat-sahabat mendapatkan kepiting dan mendapatkan banyak, kemudian menempatkannya dalam baskom, maka dijamin kepiting-kepiting tersebut tidak akan bisa keluar,” katanya di MA Nurul Huda, Kampung Tegal Mukti, Kecamatan Negeri Besar.
Menurutnya, kepiting tidak akan pernah membiarkan kepiting lainnya keluar dari baskom. Setiap ada kepiting akan keluar pasti akan ditarik turun oleh kepiting lainnya.
Ansor adalah organisasi kader yang mengelola badan semi otonom Banser, sehingga yang seharusnya dilakukan para kader Ansor adalah memberikan bahu atau kepala, jika sahabat-sahabatnya ingin maju, bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
“Karena itu. Haram bagi kader Ansor dan Banser menggunakan ilmu kepiting,” ujarnya.
Dalam wawancara singkat dengan Wakil Komandan Banser Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Way Kanan, Agung Rahadi Hidayat mengungkapkan, Gatot Arifianto mencerminkan kader Ansor yang memiliki karakter kepemudaan, agamis, sosial, dan nasionalis. Kader yang mau bergerak mewujudkan organisasi yang maslahat dan bukan sekadar ‘feshion’ serta mampu menjawab tantangan di masyarakat.
Hal tersebut terlihat dari pencapaian selama ia memimpin Ansor Way Kanan, dengan adanya kegiatan kaderisasi yang masif, mewujudkan kader sehat dengan bank darah dan pelayanan kesehatannya, penguatan ekonomi, dan jihad medsos.
“Sangat nampak sekali kontribusi beliau sebagai kader kepada organisasi,” ungkap Agung.
Melalui momentum Harlah GP Ansor ke-87 Agung berharap, kader Ansor harus mampu berkontribusi terhadap apa yang mau dicapai organisasi dengan potensi yang dimiliki, agar organisasi dapat mandiri dan lebih maslahat.
***
Jurnalis NU Online, Aktif di IPNU, suka ngopi, hobi puisi dan cerpen.
Leave a Comment