Pramusaji Sukses Raih Beasiswa


“Pramusaji Sukses Raih Beasiswa”

Diangkat dari kisah nyata, seorang pramusaji yang lulus bidik misi jalur SMNPTN di kampus idaman (Universitas Syiah Kaula) Aceh Darussalam.


Oleh  : Alfa Arkana Eounoia
               

            Zakiroh Mutawwakil adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta yang bergerak dibidang Bisnis Manajemen di Kota Bandar Lampung. Sebab sekolah nyambi kerja, ia sempat menjadi seorang pelayan dapur pada sebuah rumah makan yang cukup besar, dan kemudian beralih profesi menjadi waiters ditempat yang sama, lalau naik lagi menjadi seorang kasir. Dahulu Zaki bisa dikatakan seorang pelajar yang tidak ada niat sama sekali untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sebab itu ia memilih SMK agar setelah lulus bisa langsung cari kerja. Namun seiring berjalannya waktu, ia merasa lelah dan cape dengan jadwal yang padat. Sebab pagi hari harus pergi kesekolah untuk menimba ilmu, lalu usai pulang sekolah harus bekerja lagi, apalagi ia sering dimarahi oleh bos dan para customer di tempat kerja. Dari situlah Zaki mulai berpikir, jika ia tidak bersekolah yang tinggi, apalah daya dan gunanya nanti. Untuk mencari kerja saja susah, jika pengetahuan dan pendidikan kita kurang. Ia selalu bertanya kepada dirinya sendiri, harus sampai kapan ia bertahan menjadi babu orang, di maki terus menerus, dan tidak mungkin jika ia bekerja sampai tua disini dengan gaji yang tidak seberapa.

          Karena mimpi yang begitu besar untuk merubah nasib, usai lulus sekolah pada tahun 2015, Zaki mengikuti bimbel insentif selama satu bulan penuh, guna mempersiapakan diri untuk mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Jalur Ujian Tertulis Universitas Gadjah Mada (UTUL UGM). Namun hasilnya-pun masih berkata lain, ia dinyatakan gugur. Sebab gagal lulus seleksi, Zaki mulai galau, sampai pada saat ia mengendarai motor dengan kondisi yang setengah sadar dan pikiran yang tidak menentu harus kemana ia hendak pergi. Zaki mengendai sepeda motor dengan bengong, beruntungnya ia dalam keadaan baik-baik saja. Alhamdulillah semua berkat pertolongan Allah, iapun selamat dari kejadiaan yang tidak diinginkan.

          Sebab dilanda kegalauan, hari demi hari ia lewati dengan tidak kepastian, main, kerja, dan hura-hura. Meski sedang dilanda kegalauan ia tetap semangat untuk terus belajar sebab mimpinya untuk bisa melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi sangatlah besar. Dan pada tahun berikutnya, yakni 2016, ia berniat untuk berjuang kembali pada SBMPTN. Ia berharap perjuangan kali ini membuahkan hasil yang baik dan bisa meraih beasiswa.
Namun Umi (Ibunda Zaki) tidak lagi memiliki uang untuk membiayai bimbel nya. Terpaksa Zaki harus mencari solusi dan alternatif lain, hingga pada suatu hari ia mendapat informasi di media sosial  facebookmiliknya.
          Dari situ Zaki mengenal sebuah program bimbel gratis, namun diharuskan untuk tinggal karantina selama kegiatan berlangsung. Dengan membawa pakaian dan keperluan seperlunya serta uang makan selama kegiatan. Zaki akhirnya ikut karantina dan meninggalkan rumah serta keluarga. Dengan jarak yang lumayan jauh, yang memakan waktu selama empat jam perjalanan dari Kota Bandar Lampung menuju lokasi kegiatan dengan mengendarai kereta api.

          Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional atau yang lebih dikenal BPUN, merupakan sebuah program dari Yayasan MataAir Foundation Jakarta yang memiliki cabang disetiap kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Satu-satunya cabang BPUN yang berada di pulau Sumatera pada saat itu, yakni di Kabupaten Way Kanan, Lampung. Niat awal Zaki mengikuti BPUN adalah untuk mengisi amunisi guna persiapan tempur pada SBMPTN yang sudah lama tak disentuh, nyambi refresing otak dan cuci mata dari pemandangan kota.
          Sebelumnya Zaki belum pernah berkunjung ke Way Kanan dan tidak ada ikatan saudara dengan penduduk disana. Sebab ia adalah seorang wanita yang masih awam akan sepak terjang dan medan untuk kota tujuan, ditambah lagi ia harus pergi dengan seorang diri, dan ia harus rela meninggalkan Abah dan Umi yang sangat ia sayangi. Hal tersebut membuat ia ragu dan bimbang, namun dengan tekad dan keberanian yang kuat akhirnya Zaki tetap pergi untuk mengikuti karantina.

          Selama karantina, ia bertemu dengan teman baru yang super gokil, asyik, dan saling berbagi cerita serta pengalaman, yang selalu menghibur ia ketika merasa sendiri dan sedih ketika ingat Abah dan Umi. Karantina berlangsung di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 11 Way Kanan, di Desa Labuhan Jaya, Kecamatan Gunung Labuhan di bawah pimpinan Abah Yai Imam Murtadlo Sayuthi dan Umi Muniroh. Disana ia diajarkan untuk hidup lebih prihatin, belajar lebih giat dan tak kenal lelah oleh sang menejer BPUN, Bapak Gatot Arifianto dan motivator-motivator hebat setiap harinya.
          Tidak hanya itu saja, selama karantina ia tidak hanya diajarkan ilmu eksak saja, namun ia dan taman-taman juga diajarkan bagaimana mencintai lingkungan, terutama peduli terhadap sampah.  Yang intinya, jika kita melihat sampah ya harus dibereskan. Lalu, mengolah sampah menjadi sebuah barang yang berharga, bermanfaat, dan lebih berguna lagi, serta pelajaran jurnalistik dan yang paling asik ketika refresing bersama teman-teman. Yang pastinya pelajaran yang asik dan tidak akan pernah menyesal apabila kita ikut tergabung dalam BPUN, dan setiap minggu nya juga di BPUN selalu mengadakan refresing serta jalan-jalan sambil belajar jurnalistik. Bukan hanya jalan-jalan biasa, sebab setiap kegiatan dilakukan ditempat yang sangat menarik, terkadang di bawah pohon rindang, di pinggir sungai/kali, dan terkadang didekat air terjun. Artinya setelah jalan-jalan dan refresing, setiap peserta BPUN diwajibkan untuk menyetorkan hal-hal yang didapatkan selama kegiatan berlangsung ke dalam sebuah tulisan.
         
          Usai BPUN berakhir, disinilah Zaki merasa tegang sebab pertempuran semakin dekat. Namun, bermodal sikap yang Optimis dan semangat yang ia dapatkan dari berbagai motivator selama mengikuti BPUN, ia sangat yakin untuk bisa melewati rintangan dan medan di SBMPTN. Pada saat mendaftar SBMPTN, hanya ada tiga pilihan. Sebab awal pertama ikut SBMPTN pada tahun 2015 lalu, ia mendaftarkan diri pada prodi manajemen namun tidak berhasil lulus. Alhasil ia harus pindah jurusan sebab tidak ingin kembali gagal lagi.
Sembari menunggu dan melewati sholat istikhoroh yang panjang, Zaki meminta petunjuk kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perantara apa saja. Dan dapatlah ia jurusan serta universitas yang pas. Waktu itu ia tidak sengaja membaca sebuah novel dan buku yang kebetulan membahas tentang psikologi dan dari situlah ia terinspirasi untuk menjadi seorang psikolog. Ternyata begitu mudahnya Allah berikan petunjuknya kepada kita hambanya yang meminta. Ketiga pilihan tersebut ia pilih dengan jurusan psikologi semua, namun dengan pilihan kampus yang berbeda, yakni dua kampus di Kota Malang dan satunya lagi di Kota Aceh.

          Hari demi hari terlewati, tibalah saatnya pengumuman tiba. Waktu itu kebetulan bertepan dengan bulan ramadhan, jadi pada saat pengumuman tiba Zaki enggan untuk browsing di Internet untuk melihat hasil pegumuman sebab ia masih ada nazar yang belum tercapai olehnya. Namun, ketika ia membuka pesan whatsapp, teman-teman BPUN gempar membicarakannya di grup bahwa ia dinyatakan lulus seleksi dan diterima sebagai pemohon bidik misi pada prodi psikologi di Universitas Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
          Awalnya, ia tidak percaya sampai pada malam harinya ia kembali membuka portal pengumuman, ya siapa tahu ada perubahan terhadap pengumuman. Ia berharap bisa kuliah di Kota Malang, sebab ia lebih kepingin kuliah di pulau Jawa, dibandingkan Aceh yang belum ada bayangan sama sekali dalam pikirannya dan memang ia belum pernah berkunjung kesana. Setelah ia ditolak oleh cinta pertamanya, Kota Jogjakarta, ia bermimpi untuk bisa menuntut ilmu di Kota Malang, namun sayang takdir berkata lain, ia tetap dinyatakan lulus di Unsyiah Aceh.

          Dengan senang hati, Zaki menceritakan semua kepada kedua orang tua. Abah dan Umi Zaki merasa sangat senang atas prestasi yang Zaki raih. Namun mereka tetap bersikap biasa saja sebab mereka bukanlah tipe orang tua yang suka memuji dihadapan orangnya langsung.

          Sebab lulus PTN yang bukan berada di Kota idaman, akhirnya Zaki mulai searching di google mengenai tentang Kota Banda Aceh yang menjalankan syariat Islamnya, dan setelah itu penelusuranpun berlanjut ke Unsyiah yang ternyatta merupakan salah satu perguruan tinggi negeri dengan akreditasi A diluar pulau Jawa, selain Unand, Uhas, dan Unila.
          Dengan melapangkan hati atas pemberian Allah SWT, karena ini memang sudah menjadi pilihan terbai untuknya. Iapun berhijrah ke Kota Banda Aceh beberapa hari setelah hari raya idul fitry 2016, dengan mengendarai kendaraan jalur darat selama tiga hari tiga malam. Perjalanan yang luar biasa ini membuat dirinya lelah dan seluruh badan terasa remuk, namun hal itu tidak seberapa dibandingkan dengan perjuangannya menuju SBMPTN. Yang pasti hal ini akan menjadi salah satu perjuangan yang memang harus ia lewati agar mempunyai cerita dikemudian hari untuk menginspirasi dan memotivasi anak dan keturunannya nanti.








  


Jika kau tak dapat menahan lelahnya belajar,Maka kau akan menanggung perihnya kebodohan.~ Imam Syafi’i ~

No comments

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();
Powered by Blogger.