Minggu Pagi Tanpa Bapak!
Pagi ini suasana sedikit dingin, aku yang tadinya terlelap tidur disamping mama diruang depan tempat santai keluarga didepan televisi.
Tiba-tiba aku terbangun dari lelap nya tidur malamku, aku melihat ada mama disampingku yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan ponsel genggamnya, oh ternyata mama sedang menerima telpon dari ayukku. Kulihat jam pada ponselku yang ku letakkan disamping tidurku, terlihat jam menunjukkan pukul 03.40 pagi, aku segera bangkit dari ranjang tidurku dan bergegas menuju kamar mandi.
Pagi ini terasa berbeda dengan pagi sebelumnya, sedikit berisik namun akau tetap terlihat santai bahkan sangat santai sekali. Terdengar dari bilik rumah suara indah nan merdu gema takbir hari raya yang dilantunkan para umat Islam dari masjid-masjid dan mushola untuk menyambut kedatangan idul fitry. Ohya ternyata hari ini adalah hari kemenangan umat islam (Hari Raya Idul Fitry), aku lupa ternyata ramadhan telah usai dan pergi meninggalkan umat muslim diseluruh penjuru dunia.
Aku yang terduduk santai di ruang tamu dan menatap langit-langit rumah, “ternyata benar ya hari ini sudah lebaran”, gumamku dengan penuh tanya.
Aku merasa berbeda dengan hari ini, tak ada rasa senang dihatiku saat mendengarkan berita dari Kementerian Agama yang disiarkan di stasiun televisi sore kemarin bahwa hari ini ditetapkan sebagai 1 syawal 1438 hijriah.
Suara takbir makin ramai terdengar, “allahu akbar allahu akbar allahu akbar, laailaahaillaallahhuallahu akbar, allahu akbar walillailham”,aku yang santai diruang tamu ditemani dengan sebuah telepon genggamku, makin serius menatap langit-langit rumah. Begitu banyak kenangan yang terbingkai dalam memori yang terpajang di dinding rumahku, aku merasa ada sesuatu yang kurang yang membuat aku tak menyambut hari ini dengan penuh kebahagiaan, ya seorang bapak yang aku panggil Bati, beliau hari ini tak terlihat dirumah dan aku sangat kangen dengan beliau, pantas saja aku tak segitu bahagia hari ini.
Ternyata Bati sudah tiada, pantas saja pagi ini aku tidak melihat wajah beliau, tidak mendengar suara kerasnya beliau. Enggak seperti biasanya ketika idul firty datang beliau dengan bahagia dan senang sekali dalam menyambut kedatangannya (idul fitry), pagi-pagi beliau sudah membangunkan aku, adik, dan ayukku beserta ibuku untuk melaksanakan sholat subuh jamaah dan takbir bersama dirumah dilanjutkan dengan salam-salaman dan maaf-maafan, lalu mandi sepagi mungkin dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat eid di masjid.
Ternyata ingatanku masih utuh bersama memori kenangan bersama dengan beliau, air mataku tiba-tiba jatuh ke pipi dan hatiku sangat sedih, hari ini tepat dengan seratus harinya bapak (Bati) pergi meninggalkan aku dan keluarga untuk menghadap sang ilahi.
Masih teringat setahun yang lalu, ya tepat dengan momentum ramdhan dan hari raya tahun lalu dimana bati sangat senang ketika melihat aku pulang, menantiku di stasiun kereta ketika aku mudik lebaran, sahur dan buka bareng. Aku ingat kata bati ketika kita melaksanakan sholat subuh berjamaah pada hari raya dan bati mengajak kita semua untuk saling bermaaf-maafan, bati memelukku dan menciumku dan disaat itu air mataku jatuh dipelukan bati.
Saat itu juga bati berkata, bahwa kita harus saling memaafkan satu sama lain, apalagi kita adalah satu keluarga jangan sampai kita disibukkan oleh dunia dan lupa untuk saling memafkan dan tak ada lagi waktu untuk bersama keluarga.
Pada saat itu juga bati meminta untuk dimaafkan segala salah dan dosa bati kepada kita semua, karena belum tentu apakah tahun depan kita akan bersama. Dan ternyata benar tahun ini kita tidak lagi bersama, bati sudah duluan menghadap ilahi meninggalkan kita semua.
Seandainya aku bisa membeli waktu, aku akan pergunakan waktu itu untuk bersama bati, akan kupeluk dan kucium kening bati, tak akan kulepaskan dari genggamanku sampai aku merasa puas dengan pelukan hangatmu. Namun, semua tidak dapat aku ulangi hanyalah mimpi yang dapat kuraikan dengan kata dan kenangan indah bersamamu yang dapatku ingat dalam sebuah memori.
Bati, aku kangen dengan waktu bersama bati, kangen dengan marahnya bati apabila aku tidak melaksanakan sholat dan tidak akur dengan adik serta keluarga, aku kangen sholat jamaah dengan bati, aku kangen semuanya. Kini bati sudah tiada, meninggalkan kami semua pergi menghadap sang ilahi. Aku kangen dengan suasana lebaran bersama bati, namun waktu tidak dapat aku putar kembali dan tidak akan pernah bisa aku beli.
Kenangan bati akan tetap abadi dalam sebuah memori dan hanyalah waktu yang tahu sampai kapan ia akan bertahan. Terima kasih sudah menjadi pahlawan dan guru dalam kehidupanku, terima kasih sudah berbagi banyak hal, ilmu, dan pengalaman.
Semoga bati tenang disana dan diampuni segala dosanya, ditempatkan di surganya Allah bersama dengan bidadari-bidadari yang cantik nan jelita, dijauhkan dari siksa kubur dan diharamkannya dari sambaran api neraka.
Al-fatihah
Tiba-tiba aku terbangun dari lelap nya tidur malamku, aku melihat ada mama disampingku yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan ponsel genggamnya, oh ternyata mama sedang menerima telpon dari ayukku. Kulihat jam pada ponselku yang ku letakkan disamping tidurku, terlihat jam menunjukkan pukul 03.40 pagi, aku segera bangkit dari ranjang tidurku dan bergegas menuju kamar mandi.
Pagi ini terasa berbeda dengan pagi sebelumnya, sedikit berisik namun akau tetap terlihat santai bahkan sangat santai sekali. Terdengar dari bilik rumah suara indah nan merdu gema takbir hari raya yang dilantunkan para umat Islam dari masjid-masjid dan mushola untuk menyambut kedatangan idul fitry. Ohya ternyata hari ini adalah hari kemenangan umat islam (Hari Raya Idul Fitry), aku lupa ternyata ramadhan telah usai dan pergi meninggalkan umat muslim diseluruh penjuru dunia.
Aku merasa ada sesuatu yang kurang, yang membuatku tak begitu gembira menyambut idul fitri tahun ini, ya ternyata bapak
Aku yang terduduk santai di ruang tamu dan menatap langit-langit rumah, “ternyata benar ya hari ini sudah lebaran”, gumamku dengan penuh tanya.
Aku merasa berbeda dengan hari ini, tak ada rasa senang dihatiku saat mendengarkan berita dari Kementerian Agama yang disiarkan di stasiun televisi sore kemarin bahwa hari ini ditetapkan sebagai 1 syawal 1438 hijriah.
Suara takbir makin ramai terdengar, “allahu akbar allahu akbar allahu akbar, laailaahaillaallahhuallahu akbar, allahu akbar walillailham”,aku yang santai diruang tamu ditemani dengan sebuah telepon genggamku, makin serius menatap langit-langit rumah. Begitu banyak kenangan yang terbingkai dalam memori yang terpajang di dinding rumahku, aku merasa ada sesuatu yang kurang yang membuat aku tak menyambut hari ini dengan penuh kebahagiaan, ya seorang bapak yang aku panggil Bati, beliau hari ini tak terlihat dirumah dan aku sangat kangen dengan beliau, pantas saja aku tak segitu bahagia hari ini.
Ternyata Bati sudah tiada, pantas saja pagi ini aku tidak melihat wajah beliau, tidak mendengar suara kerasnya beliau. Enggak seperti biasanya ketika idul firty datang beliau dengan bahagia dan senang sekali dalam menyambut kedatangannya (idul fitry), pagi-pagi beliau sudah membangunkan aku, adik, dan ayukku beserta ibuku untuk melaksanakan sholat subuh jamaah dan takbir bersama dirumah dilanjutkan dengan salam-salaman dan maaf-maafan, lalu mandi sepagi mungkin dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat eid di masjid.
Ternyata ingatanku masih utuh bersama memori kenangan bersama dengan beliau, air mataku tiba-tiba jatuh ke pipi dan hatiku sangat sedih, hari ini tepat dengan seratus harinya bapak (Bati) pergi meninggalkan aku dan keluarga untuk menghadap sang ilahi.
Masih teringat setahun yang lalu, ya tepat dengan momentum ramdhan dan hari raya tahun lalu dimana bati sangat senang ketika melihat aku pulang, menantiku di stasiun kereta ketika aku mudik lebaran, sahur dan buka bareng. Aku ingat kata bati ketika kita melaksanakan sholat subuh berjamaah pada hari raya dan bati mengajak kita semua untuk saling bermaaf-maafan, bati memelukku dan menciumku dan disaat itu air mataku jatuh dipelukan bati.
Saat itu juga bati berkata, bahwa kita harus saling memaafkan satu sama lain, apalagi kita adalah satu keluarga jangan sampai kita disibukkan oleh dunia dan lupa untuk saling memafkan dan tak ada lagi waktu untuk bersama keluarga.
Pada saat itu juga bati meminta untuk dimaafkan segala salah dan dosa bati kepada kita semua, karena belum tentu apakah tahun depan kita akan bersama. Dan ternyata benar tahun ini kita tidak lagi bersama, bati sudah duluan menghadap ilahi meninggalkan kita semua.
Seandainya aku bisa membeli waktu, aku akan pergunakan waktu itu untuk bersama bati, akan kupeluk dan kucium kening bati, tak akan kulepaskan dari genggamanku sampai aku merasa puas dengan pelukan hangatmu. Namun, semua tidak dapat aku ulangi hanyalah mimpi yang dapat kuraikan dengan kata dan kenangan indah bersamamu yang dapatku ingat dalam sebuah memori.
Bati, aku kangen dengan waktu bersama bati, kangen dengan marahnya bati apabila aku tidak melaksanakan sholat dan tidak akur dengan adik serta keluarga, aku kangen sholat jamaah dengan bati, aku kangen semuanya. Kini bati sudah tiada, meninggalkan kami semua pergi menghadap sang ilahi. Aku kangen dengan suasana lebaran bersama bati, namun waktu tidak dapat aku putar kembali dan tidak akan pernah bisa aku beli.
Kenangan bati akan tetap abadi dalam sebuah memori dan hanyalah waktu yang tahu sampai kapan ia akan bertahan. Terima kasih sudah menjadi pahlawan dan guru dalam kehidupanku, terima kasih sudah berbagi banyak hal, ilmu, dan pengalaman.
Semoga bati tenang disana dan diampuni segala dosanya, ditempatkan di surganya Allah bersama dengan bidadari-bidadari yang cantik nan jelita, dijauhkan dari siksa kubur dan diharamkannya dari sambaran api neraka.
Al-fatihah
Leave a Comment